Rahasia Sukses Agen Properti
Tiga Tipe Investor Properti
Properti, seperti komoditi lainnya, dijual dan dibeli setiap hari.
Banyak orang menjadi Agen Properti karena mereka tahu bahwa bagian kecil
dari kue besar berarti uang besar. Agen Properti membantu menfasilitasi
sebuh transaksi dengan cara menemukan calon pembeli untuk si Penjual
rumah, lalu mendapatkan komisi 2-3 % dari harga jual jika transaksi
berhasil.
Mendapatkan lisensi untuk menjadi Agen Properti di Indonesia masih
tergolong sangat mudah, dan menjual properti adalah bisnis yang sangat
menguntungkan, menyebabkan persaingan yang cukup besar diantara Para
Agen. Agen yang sukses adalah Agen yang bekerja keras, bahkan dengan
waktu ekstra. Kenyataan di lapangan, calon pembeli yang bekerja akan
pergi survey lokasi pada hari Sabtu / Minggu, bahkan hari libur!
Ternyata ada cara yang lebih baik untuk menjadi seorang Agen Properti
yang sukses! Anda harus belajar menjadi Investor!
Investor properti yang menjual dan membeli properti melakukan tugas
yang sama dengan Agen Properti. Khususnya investor jangka pendek yang
hanya mencari keuntungan dari setiap penjualan propertinya. Investor
Properti harus membeli properti-nya dibawah harga pasar. Kemudian
bertindak sebagai pemilik sekaligus middleman, membeli dengan satu harga
lalu menjualnya dengan harga yang lebih tinggi.
Jika transaksi terjadi dengan sedikit keuntungan, dan Investor
tidak memberi nilai tambah apapun pada properti tersebut, bisa dikatakan
keuntungan dari Investor tersebut sama dengan komisi Agen Properti.
Tidak seperti Agen Properti, Investor bisa dengan cepat melakukan
sebuah transaksi, mungkin dalam hitungan hari saja. Selain itu menjadi
Investor Properti berpeluang mendapatkan profit yang lebih tinggi
daripada komisi Agen. Investor juga tidak memerlukan lisensi dari
pemerintah. Biaya yang diperlukan juga relatif sangat rendah dan waktu
yang fleksible.
3 TIPE INVESTOR
Ada beberapa tipe Investor, biasanya berdasarkan pengalaman:
1. Scout
Scout adalah pengumpul informasi. Mereka menemukan transaksi yang
menarik, lalu menjual informasi tersebut kepada Investor lain. Sebaiknya
Agen baru memulainya dengan tingkatan investor ini.
Properti yang menarik Investor adalah properti2 yang menyebabkan
tekanan emosional dan financial kepada pemiliknya. Mungkin karena
problem keuangan atau memang properti tersebut membutuhkan biaya seperti
pajak, pemeliharaan dan perbaikan. Biasanya pemilik properti seperti
ini bersedia menjual propertinya dengan harga diskon.
Scout harus mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang properti tsb:
Alamat lengkap, nama dan nomor kontak pemilik, foto dari
propertinya, harga penawaran, hutang KPR (jika ada), kondisi properti
dan motivasi dari penjual (misalnya bangkrut, bercerai, bagi harta,
warisan dll).
Penjual yang propertinya butuh perbaikan belum tentu orang yang
bermotivasi tinggi untuk menjual. Banyak penjual yang mampu untuk
memperbaiki properti-nya tapi membiarkan properti mereka berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun tidak terawat. Jika Anda menemukan rumah yang
rumputnya tinggi, bicaralah kepada tetangga untuk mencari tahu tentang
nama dan nomor telpon pemilik. Cari tahu apakah rumah tersebut dalam
permasalahan hutang dengan bank atau masalah lain. Jika Anda tidak
mempunyai solusi untuk sang pemilik, Anda bisa menjual informasi
tersebut kepada Investor lain.
2. Dealer
Dealer, adalah orang yang menemukan properti murah dan
menandatangani perjanjian jual beli dengan penjual. Dealer lebih dari
sekedar memberikan informasi, tapi mereka juga memegang hak atas
properti tersebut dengan perjanjian jual beli. Terkadang Dealer harus
mengeluarkan sejumlah Tanda Jadi untuk mengikat penjual. Jadi, ada
resiko dibanding Scout. Karena Dealer memegang hak atas properti
tersebut dengan perjanjian jual beli, Dealer mempunyai keuntungan yang
lebih besar dibanding Scout.
Dealer sering menjual kembali properti tersebut seperti kondisi
sebenarnya. Tapi Dealer juga bisa menambah keuntungan dengan cara
membersihkan dan merapikan properti yang dibeli. Pada kondisi ini,
perjanjian jual beli harus dibuat sedemikian rupa sehingga Dealer
mendapat hak untuk memasuki properti tersebut untuk melakukan perbaikan.
Dealer tidak perlu merenovasi total, hanya membersihkan properti,
mengecat ulang, memotong rumput, cukup untuk menambah keuntungan dari
penjualan. Pekerjaan ringan seperti ini dapat dilakukan dengan biaya
yang sangat murah, karean tidak perlu menyewa tenaga profesional.
Dealer bisa bertransaksi sebanyak mungkin. Bekerja full-time atau
part-time sebagai Dealer, Dealer mendapatkan keuntungan cukup besar
per-bulan. Bekerja sendiri, tanpa atasan, tanpa karyawan, dan bebas
bekerja sesuka hati.
3. Retailer
Goal dari Retailer adalah untuk memperbaiki properti dan menjualnya
dengan harga pasar kepada end-user. Dibanding 2 tipe Investor
sebelumya, Retailer menanam uang lebih banyak, dengan resiko yang lebih
besar dan berpotensi mendapatkan keuntungan yang lebih besar dalam
transaksinya. Hanya saja, membutuhkan waktu yang lebih panjang.
Sebelum seseorang menjadi seorang Retailer, sebaiknya mereka
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang bagaimana merenovasi rumah, dan
perkiraan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan.
Retailer yang membeli properti dengan harga yang kurang rendah,
akan mendapatkan kesulitan untuk menjualnya kembali. Jika dia berhasil
menjualnya kemungkinan besar keuntungan dari penjualannya akan sedikit,
bahkan bisa jadi hanya impas. Kecuali, menunggu waktu beberapa lama
sampai harga pasaran naik. Harga tanah cenderung selalu naik.
Sebaiknya retailer baru bekerja sama dengan orang yang sudah
berpengalaman sebagai retailer. Dengan bekerjasama, resiko bisa dibagi.
Kontraktor yang berpengalaman juga akan menghindarkan kerugian dalam
biaya perbaikan. Retailer juga harus mengetahui harga jual-nya bahkan
sebelum dia membeli properti-nya.
Ketika bekerjasama, sebaiknya aturan main, tujuan dan ekspektasi
masing-masing pihak, dinyatakan secara tertulis dalam sebuah perjanjian
kerjasama. Termasuk budget proyek, berapa jam para pihak akan
mencurahkan waktunya, dan kompensasi atas jam kerja tersebut. Dan yang
tidak kalah penting, Anda harus memeriksa portfolio atau proyek-proyek
terdahulu dari calon partner Anda tersebut. Retailer yang berpengalaman
tersebut mau bekerjasama karena tidak mempunyai financial yang cukup
untuk membeli atau merenovasi properti. Jangan lupa, setiap lokasi atau
proyek harus di-evaluasi terpisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar